Senin, 12 Januari 2009

Berkhayal, menulis: jenuh.

Perubahan yang terjadi dalam hidup ini begitu cepat dan tidak signifikan.
Banyak hal yang semakin mengajari untuk berbuat menurut keinginan daging: hawa nafsu.
Nafsu yang ingin menegaskan bahwa kita sebenarnya ada di muka bumi ini, kita juga diciptakan Tuhan untuk melengkapi isi dunia ini, dan bahwa kita punya cukup arti untuk orang lain.
Menanggapi itu, dunia semakin dipenuhi oleh berbagai macam kecongkakan.

Demikian juga aku.
Aku menganggap menulis itu adalah bagian penting dari hidupku, unsur utama yang tidak bisa dipisahkan dari otakku, dari badanku. Tanpa menulis aku bisa mati, tak bernyawa.
Tapi kenapa aku sekarang tetap ada?
Jawabnya: itu hanya hawa nafsu yang mengekang.
Dalam benakku, aku harus menulis. Aku harus menulis. Aku harus menulis.
Tapi mana???
Novelmu belom jadi.
Cerpenmu untuk Nino juga masih tetap berhenti pada halaman 3.
Katanya mau jadi novelis, ingin seperti Ayu Utami.

Berkhayal ternyata tidak mudah.
Pikiranku berhenti pada satu titik: jenuh.
Menulis ternyata tidak mudah.
Pikiranku berhenti pada satu titik: jenuh.
Berkhayal, menulis: jenuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar